Header Ads

Allesandro Nesta lebih pantas sakit hati ketimbang Laziale

Planet Lazio – Allesandro Nesta adalah sosok yang sulit dilupakan bagi fans Lazio, terlepas dari apa yang sudah digariskan takdir dirinya bersama A.C Milan, Nesta yang pernah menjadi ikon besar Lazio akan selalu dikenang sebagai Legenda. Begitu pula sebaliknya, Lazio adalah tim yang akan selalu di hati dan pikiran Nesta. Akan sangat sulit memisahkan nama Allesandro Nesta dengan Lazio. Kisah perjalanan Nesta di sepakbola Italia dan klub yang “terpaksa” ditinggalkannya Lazio, diibaratkan kisah cinta yang harus berakhir diujung jalan.




Allesandro Nesta lahir di kota Roma 19 Maret 1976 merupakan produk asli binaan tim primavera Lazio.Ayahnya yang merupakan seorang Laziale sejati memasukan Nesta kecil ke dalam akademi Lazio pada tahun 1985. Nesta pun tumbuh bersama kecintaannya terhadap tim yang berjuluk Biancoceleste tersebut. Promosi ke dalam skuad senior Lazio pada usia 17 tahun di musim 1993/1994 dan melakukan debut pertamanya di serie A bersama Lazio ketika bertandang ke markas Udinese pada 13 Maret 1994.

Konsistensi dan berkomitmen membuat Nesta terus mendapatkan kepercayaan untuk mengisi sektor pertahanan, menjadi bagian penting yang tak tergantikan dan di daulat memakai ban kapten di lengannya dari 1999 sampai akhir karirnya bersama Lazio 2002. Masa jaya bersama Lazio direngkuh pada periode tahun 1998 hingga 2000, Nesta dan kawan kawan berhasil memboyong 7 trofi bergensi ke kota Roma yaitu 2 gelar Coppa Italia ( 1998&2000 ) 2 Piala Super Italia ( 1998 & 2000 ), Piala Winners ( 1999 ), Piala Super Eropa ( 1999 ) dan puncaknya adalah meraih Scudetto kedua Lazio sepanjang sejarah pada tahun 2000. Di masa tersebut Nesta berada di puncak popularitasnya sebagai seorang kapten sebuah tim bergengsi di level Eropa.

Namun tak disangka, puncak kejayaan tersebut harus cepat berlalu ketika Lazio diterpa badai krisis finansial yang menerpa klub pada tahun 2002. Krisis dan skandal keuangan yang melibatkan presiden Lazio kala itu Sergio Cragnotti membuat manajemen harus berpikir keras untuk menyelamatkan klub dari kebangkrutan. Sejumlah pemain kunci dan bintang pun akhirnya dilego demi menambal kebocoran dan memberikan suntikan dana segar untuk klub, tak terlepas pula Allesandro Nesta yang merupakan Ikon Lazio saat itu menjadi incaran pemain yang hendak dijual ke klub lain. Nesta serta para fans nya tak pernah terpikirkan jika Nesta harus berganti jersey dan meninggalkan kota Roma.

Menjelang Musim 2002/2003 digelar, Lazio memberikan sebuah berita besar yang membuat sebagian besar Laziale merasa kecewa, Allesandro Nesta harus menyebrang ke kota Milan dengan berita kepindahan dirinya ke klub A.C Milan dengan nilai transfer kurang lebih 30 juta Euro. Nesta yang diidolakan oleh banyak fans Lazio harus rela mendapat cibiran keras karena pernah mengucap janji setia bersama Lazio. Semua terjadi begitu cepat sehingga tidak ada jeda untuk mengklarifikasi dan membiarkan publik untuk berspekulasi. Nesta yang dulu dipuja, kini harus dicap sebagai seorang yang tak setia dan berkhianat kepada Laziale.

Waktu pun berlalu, tetapi Nesta dalam waktu yang cukup lama tidak pernah diberi kesempatan untuk angkat bicara mengenai keadaan yang sebenarnya. Sehingga di dalam sebuah kesempatan dalam wawancaranya bersama media Italia, dirinya mengungkapkan alasan kepindahan dari klub yang selalu dihatinya tersebut (Lazio). Nesta merasa perlu menjelaskan kepada publik apa yang sebenarnya terjadi hingga ia tidak harus mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan dari para fans Lazio. Salah satunya ketika A.C Milan harus bertandang ke Olimpico, Nesta kerap mendapat ejekan dari para suporter Lazio yang masih tidak rela akan kepergian Nesta

Nesta mengaku sakit hati di cap sebagai seorang pengkhianat, dia menuturkan bahwa dirinya layak dihargai dan berada di posisi yang serba sulit, dia mengaku lebih sakit hati ketika dia tidak mendapatkan respect dari suporter mantan klubnya. Nesta mengatakan bahwa proses kepindahannya ke Milan berlangsung sangat cepat dan mendadak, meskipun pihak Lazio sebelumnya sudah berdiskusi untuk kemungkinan ini, Nesta selalu menolak dan mengutarakan keinginannya untuk bertahan dengan segala resiko yang harus dia hadapi seperti tidak mendapat gaji bayaran selama 1 tahun lebih. Hal yang sangat kontadiktif dengan pola pikir pesepakbola modern saat itu yang berorientasi kepada materi, Nesta memposisikan diri untuk loyal kepada sebuah klub yang memang dicintainya sejak kecil. Namun apa mau dikata, kebutuhan klub akan suntikan dana yang cukup besar dapat mengabaikan arti loyalitas seorang pemain terhadap klub itu sendiri, Lazio bersikeras menjual Nesta dengan harga mahal agar dapat menyelamatkan klub dari krisis keuangan.
"Saya mulai karier di Lazio dengan cukup baik. Saya menjadi kapten, tapi kemudian ada krisis di klub, dan saya dalam krisis juga karena banyak klub menginginkan saya. Setiap empat bulan sekali, mereka menelepon saya untuk menjual saya, tapi saya bilang 'tidak'. Kemudian pada hari terakhir (bursa transfer 2002), aku harus meninggalkan Lazio karena uang di rekening saya sangat sedikit,"
"Saya bisa saja bertahan, tapi tidak ada gaji selama satu tahun dan tujuh bulan. Saya menyadari ada bahaya kebangkrutan. Pada hari terakhir jendela transfer, saya harus pergi ke Milan. Setelah itu semua orang bisa menarik kesimpulan sendiri. Saya tidak pernah menjelaskan alasan untuk kepergian saya,"

Sejatinya Nesta tidak menginginkan untuk pergi dari Lazio, namun karena kecintaannya kepada Lazio dengan tujuan untuk membuat klub bisa bertahan dari krisis, akhirnya dia menerima keputusan klub yang akan menjualnya ke A.C Milan. Nesta akhirnya pergi meninggalkan kota Roma dengan perasaan yang hancur, dia harus meninggalkan klub yang dibela dan dicintainya semenjak kecil meskipun harus mendapat protes keras serta sebutan pengkhianat dari para fans. Perpisahan dengan Lazio merupakan pil pahit bagi kedua belah pihak, baik untuk Nesta maupun Laziale.

Bersama A.C Milan, Nesta memang lebih banyak mendapat prestasi, titel juara scudetto dan trofi Liga Champions telah ia raih 2 kali bersama Milan. Sebelum pensiun dari sepakbola pada tahun 2013 lalu, dirinya menuturkan bahwa suatu saat ia ingin kembali ke kota Roma dan mengakhiri karier profesionalnya bersama Lazio.

"Kembali? Pada tahun 2007, (Massimo) Oddo adalah kapten Biancoceleste. Kami bertemu di tim nasional dan saya bertanya kepadanya, saya bisa saja memutus kontrak, jika Lazio tertarik. Namun mereka semua menyelinap pergi, tak seorang pun datang ke meja perundingan. Aku tidak pernah meminta uang atau apa pun.”
"Saya telah melakukan periode di Milan, saya baik-baik saja secara fisik tapi semua orang membuat pilihan mereka sendiri. Setelah itu saya punya niat untuk kembali ke Lazio sebelum pergi ke Amerika Serikat (Major League Soccer, pada 2012), tapi saya telah datang sebagai pensiunan. Jadi saya pergi ke Amerika (Kanada, dengan Montreal Impact).”
"Saya tidak tahu apakah Oddo pernah mengatakan kepada mereka, mungkin mereka pikir saya akan meminta upah besar, mungkin pesan tidak pernah mencapai klub. Setiap orang memiliki proyek dan pilihan mereka sendiri. Saya tidak bisa mengatakan bahwa (Presiden Claudio) Lotito menolak saya kembali,"

Bahkan setelah sekian lama hasrat Nesta untuk kembali ke Lazio masih melekat, rasa cinta dirinya kepada Gli Aquilotti tak bisa digantikan meskipun dengan titel juara di klub lain. Bahkan momen ketika Paolo Maldini gantung sepatu, Nesta yang memiliki syarat lengkap untuk menggantikan Maldini sebagai kapten, secara terang terangan menolak tawaran untuk menjadi kapten A.C Milan dengan alasan untuk menghormati Fans Lazio dan A.C Milan serta sebagai wujud kecintaannya terhadap Lazio dan berharap dirinya suatu saat dapat kembali ke “rumah”.

Namun hingga karir sepakbola profesionalnya berakhir, Nesta tidak memiliki kesempatan untuk kembali ke “rumahnya” di kota Roma. Lazio tidak pernah memanggil kembali anak emasnya yang sedang merantau. Entah karena alasan apa, Lazio tidak memberi kesempatan Nesta untuk pensiun di kota Roma.Nesta menghabiskan karirnya dan pensiun pada tahun 2013 di Klub Liga Super India Chennaiyin FC dengan status Marquee Player setelah 1 tahun sebelumnya memperkuat klub MLS Montreal Impact. Dan kini (2017) Nesta berstatus sebagai pelatih klub sepakbola Miami FC, klub yang dimiliki oleh rekannya di A.C Milan yaitu Paolo Maldini.

Tidak menutup kemungkinan, suatu hari Nesta benar benar akan pulang ke kota Roma dan melatih Klub yang dicintainya Lazio. Keinginan itu pun pernah diutarakan Nesta bahwa suatu saat dirinya ingin kembali ke Italia dan melatih disana. Terlebih lagi ia sangat gembira melihat perkembangan Lazio dibawah asuhan mantan rekan satu tim nya Simone Inzaghi. “Kami pernah bermain bersama dan saya tidak menyangka Inzaghi dapat berada di posisi saat sekarang ini, yang pasti sekarang saya tidak ingin mengganggunya.” Ungkapan ini bisa diartikan kecemburuan Nesta akan keberhasilan Inzaghi melatih dan membawa Lazio tampil gemilang dan menginginkan suatu hari nanti Nesta mendapat kesempatan pula untuk melatih Lazio.

Semoga saja terjadi, kami selalu merindukanmu Allesandro Nesta !


No comments